Tuesday, 28 April 2015

.::PUISI Hapuskan Memoryku Tentangnya::.




“Selamat ya…”          
Malam ini, 15 Juni 2013 aku menjadi ratu semalam di sebuah pesta besar. Aku berharap ini menjadi titik awal kehidupanku menuju hidup gemilang. Semoga kebahagiaan ini tak berlalu begitu saja.
“Capek Bun?” tanyanya. Hanya anggukan kepala yang kutunjukkan padanya.
“Ya udah, ayo tidur!”
“Ayo!” senyum menyertai ucapanku pada Varel yang sekarang telah menjadi suamiku.
Varel, cowok berwajah tampan dengan gaya yang bikin gregetan. Sekarang dia telah menjadi milikku dalam ikatan suci pernikahan.
Kubuka mataku perlahan dan kupandangi sebuah jam yang tergantung di dinding. Melihatnya, membuatku sadar bahwa sudah waktunya untukku membuat sarapan untuk suamiku tercinta.
Hari ini, aku ada show , yang membuatku harus segera berangkat tanpa mandi. Mandi memang jarang dilakukan oleh artis sepertiku. Paling-paling parfum yang memenuhi badanku. Kadang-kadang 1 botol bisa habis hanya dalam waktu 1 minggu.
“ayah… bangun!” teriakku “antar aku show!”          
Varel berjalan sempoyongan hingga tanpa sadar menabrak meja di samping pintu toilet.

Sambil menunggu Varel selesai mandi, kusiapkan sarapan untuknya. Walaupun hanya nasi goreng yang bisa kubuat. Kubentuk hati dengan dua cinta antara aku dan suamiku.    
“Bun, siapin bajuku!” teriaknya dari kamar mandi.   
Usai sarapan kami berangkat dengan mobil honda jazz merah.
Flican, begitulah orang-orang memanggilku. Sebenarnya namaku Lufita Sari, tapi namaku berubah menjadi Flican Sher. Katanya sih supaya lebih menarik. Flican sher itu diambil dari nama asliku dan nama zodiakku. Aku itu seorang penyanyi pendatang baru. Selain menjadi penyanyi, aku juga sering terlibat dalam sebuah iklan kecantikan. Kata mereka aku itu cantik, perempuan idaman gitu deh. Tapi itu berbeda denganku, menurutku aku tidak waw. Mereka saja yang berlebihan mengatakannya.
“Ciye… yang pengantin baru…” goda Ines saat Varel membukakan pintu mobil. Ines itu penyanyi baru sama sepertiku. Dia itu sangat cantik dengan hidungnya yang mancung.  
“Kayak lo nggak aja…”         
“Bun, aku tinggal ya?! Ada meeting ni…” ia mencium keningku.    
“Ok… fighting!!!”
Satu bulan berlalu tanpa terasa. Menikah itu memang menyenangkan walaupun banyak masalah datang. Semua masalah diselesaikan bersama, tapi bukan berarti berjalan mulus. Perbedaan pendapat itulah yang sangat sulit disatukan, tapi indah di akhirnya.
“Hay yah! Kok baru pulang?”           
Jujur, rasa curigaku semakin besar. Akhir-akhir ini Varel selalu pulang telat, bilangnya ada meeting mulu.
Pagi yang indah, burung-burung bernyanyi menyambut cerahnya pagi. Matahari menampakkan kecantikannya dengan membawa kehangatan menutupi rasa dingin yang menyekat.
(tok tok tok)   
Kubuka pintu untuk mengetahui siapa yang datang. Kulihat sosok peremuan cantik berdiri di hadapanku.           
“Mbak siapa ya?” kutanya dia sambil mengajaknya duduk. 
“Maaf mbak sebelumnya, bukannya aku ingin merusak rumah tangga kamu. Tapi aku ingin kamu tau, aku sedang hamil anak Varel. Sumpah Fli aku nggak bohong. Aku nggak mau kamu disakiti terus olehnya. Dia itu buaya. Mungkin selain aku masih ada cewek lain”.  
Mendengar pernyataan Franda, hatiku seperti tertancap paku. Tubuh terasa lemas, air mata memaksa keluar. Apa yang baru saja aku dengar? Mungkinkah ini jawaban atas pertanyaanku akhir-akhir ini?
Setelah ngobrol ini itu Franda pamit pulang.
“Kamu selingkuh? Ini foto siapa? Selingkuhan kamu?” kutunjukkan foto Franda padanya.           
Malam itu kami bertengkar hebat. Tidur pun tak bersama.
Setelah beberapa hari berfikir, aku memutuskan mengakhiti pernikahan ini. Aku tak mau hidup dengan orang yang hobinya tidur dengan banyak wanita.
“Flican, apa benar kamu akan bercerai dengan Varel?”         
“Ada masalah apa mbak?”     
“Apakah terjadi KDRT ataukah karena pihak ketiga?”         

Aku bosan mendengar pertanyaan itu. Dimana-mana, nggak tetangga nggak wartawan pada nanyain itu semua. Ini semua membuatku capek, capek fisik dan capek batin. Sebenarnya aku ingin menangis tapi aku akan selalu berusaha tersenyum di depan semua orang. Aku akan menutupi kesalahan Varel. Bagaimanapun ia pernah menjadi bagian dalam hidupku. Aku akan membesarkan anak ini tanpanya. Aku masih punya Tuhan dan orangtua yang menyayangiku.
Satu per satu wanita muncul di media, katanya hamil anak Varel. mendengarnya membuatku lunglai. Butiran bening pun tak tertahankan menghiasi pipi merahku.
Tuhan, lumpuhkanlah ingatanku tentang Varel, hapuskan memoriku tentangnya Tuhan. Aku tak ingin mengingatnya lagi. Terlalu sakit mengingat kenangan kita selama ini Tuhan.
***


No comments:
Write comments