Tuesday, 28 April 2015

.::PUISI HADIAH TERINDAH::.



        

Perasan itu begitu kuat sampai aku tak sanggup untuk terlalu lama jauh dari dirinya, seseorang yang dingin yang menjadi tambatan hati saat aku melihat senyumnya begitu menggetarkan jiwa membuat hati selalu damai. Namun rasa ku hanya bertepuk sebelah tangan dia tak hiraukan aku, perasaan itu aku rasakan sejak pertama kelas 3 SMA sampai saat ini kepada seseorang yang selalu aku puja, sebagai orang yang mencintainya dia hanya anggap aku sebagai teman baginya begitu perasaan ku teriris mati, awal yang baik sebagai teman, hanya teman.          

Rasa sakit itu harus terulang kembali Randy orang yang selama ini aku puja-puja ingin memulai cinta dengan sahabatku sendiri, Maria. tak mengerti apa yang ada dalam fikiran Randy? Dia tahu jelas bahwa aku sangat ingin memiliki seutuhnya tetapi mengapa dia seperti itu kepadaku? Hari-hari itu harus ku jalani juga dengan helaan nafas panjang tanpa semangat, tanpa canda dan keceriaan hidup terasa hampa.    

Randy yang kini berubah sikap kepadaku tak seperti dulu selalu memberikan senyumnya, membuat aku tertawa dan selalu membuat aku merasa nyaman saat berada di dekatnya sekarang berubah menjadi Randy yang cuek, dingin, selalu membuat aku kesal dan menangis. Setiap kali ku lihat dia selalu memalingkan wajah, menundukkan kepala, pura-pura tak melihat. Apakah sampai segitu nya dia bersikap kepada ku di depan Maria??. Tetapi perasaan cinta itu tak menghilang sedikit pun, sempat terlintas dalam benak ku ingin juga membuatnya patah hati seperti ku.          


Terlalu lama berfikir apa yang harus aku lakukan?? Ku coba untuk menerima keadaan ini dan bersabar tetapi kesabaran ku tak akan terus bertahan, kesabaran ku ada batasnya. Tak menunggu lama lagi aku memutuskan untuk menjalani hubungan yang sama sekali tak ingin aku jalani, dengan seseorang yang sama sekali tak bisa aku simpan rasa terhadapnya manusia tak berdosa itu harus menjadi pelampiasan hidupku.. “Ya Tuhan maafkan aku harus melakukan hal konyol seperti ini..”    

***

“Rif, jangan bilang siapa-siapa yaa kalau kita pacaran aku gak mau aja jadi bahan gosip ..” pesan ku pada Rifqy. Hari-hari ku lalui biasa saja dengan nya hanya sekedar SMS atau telepon tak pernah kita ngobrol berdua di kampus. Namun akhirnya Randy tahu hubungan ku dengan Rifqy, Satu bulan ku jalani hubungan ku dengan Rifqy  tanpa hati, awalnya aku mencoba untuk menyimpan sedikit rasa untuknya tetapi tetap saja aku tak sanggup.

Menjalani hari-hari dengannya, dengan kisah cinta penuh kepalsuan dan mau tak mau aku harus melakukannya. Aku lihat ekspresi wajah Randy saat aku bersama Rifqy, dia hanya tersenyum kecil dan menundukan kepalanya.. “why? Mana Mariakenapa dia tidak bersamanya ?” pikirku berkata tapi itu tak penting lagi untuk ku.      

Aku akui aku sudah merasa jenuh dengan hubungan ini aku ingin mengakhirinya tak peduli akan seberapa sakit ku lihat Randy mungkin aku akan lebih sakit jika aku terus menerus seperti ini. ku putuskan juga untuk akhiri semuanya aku tak ingin menyiksa batinku lebih dalam lagi sebelum semuanya terlambat. “Rif, mungkin ini memang bukan jalan kita untuk terus bersama maaf jika kali ini aku menyakiti perasaanmu kita harus benar-benar mengakhiri kisah ini. Maaf” Kata ku panjang lebar pada Rifqy.

Rifqy mengerutkan keningnya dan seolah dirinya tak bisa terima dengan keputusan ini.  “Tapi kenapa Lid? Kamu jahat Lidya, kamu memutuskan sebelah pihak apa kamu tahu dengan perasaan ku saat ini sakit Lid, sakit! Kamu tahu itu ?”  

Aku pun menjawab “Aku tahu perasaanmu aku juga mengerti tapi apa kamu juga paham dengan perasaan ku kita akan lebih sakit jika terus seperti ini kamu paham itu? Aku akan berdoa dan akan selalu berdoa untuk mu agar kamu bisa mendapatkan seseorang yang benar-benar mencintai kamu setulus hati dari pada aku” dan sampai akhirnya aku pergi meninggalkannya itu keputusan ku.      

Tak lama Randy pun tahu aku tak menjalani hubungan dengan Rifqy, dia pun begitu tak lagi bersama Maria. itu sedikit membuat hati ku lega namun perasaan bersalah selalu ada pada saat aku bertemu Rifqy tindakanku yang konyol membuatnya terluka. Randy yang saat itu sedang berada bersama ku bertanya kenapa aku putus dengan Rifqy aku menjawab dengan santai “tak mungkin lagi untuk aku dapat melanjutkan hubungan ini karena suatu saat kita juga akan putus”. Aku tak ingin membicarakan hal itu semakin dalam aku pun mengalihkan pembicaraanku. 

“Setelah lulus akan ku lanjutkan sekolah ke bandung mungkin ini saat-saat terakhir kita bersama..” kata ku pada Randy dengan menyunggingkan sedikit senyum.

“Ke Bandung?” tanya Randy heran. 
“Kenapa kamu harus ke bandung bukan kah di sini juga banyak sekolah-sekolah yang bagus Lid?” sambung nya.           

“Aku hanya ingin melepaskan semua beban saat ini yang aku rasa dengan memulai sesuatu yang baru dan dunia yang baru, aku ingin semua menjadi lebih baik dan memperbaiki semua yang berantakan di hidup ku kini..” ucap ku dengan lirih. lalu Randy pergi meninggalkanku. Keputusan yang sangat sulit untuk ku jalani sendiri harus berpisah dengan nya.    

Hari itu datang juga, hari saat aku akan pergi “menyenangkan” kata ku dalam hati sambil tersenyum. Randy yang menatapku dari jauh datang menghampiri dengan langkah perlahan tapi pasti dia benar-benar datang untuk ku.   

“Lid, maafkan aku yang salah karena telah melewatkanmu selama ini, aku yang bodoh harus melewati hari-hari terakhir dengan kepalsuan ku jika aku bisa mengembalikan waktu itu aku ingin mengubah semuanya menjadi baik, aku ingin bersama mu tetapi semua sudah terlambat usai sudah semua kisah dengan kesedihan.. maafkan aku Lid” Randy berkata dengan genggaman erat padaku menyesali yang terjadi dengan air mata terurai di kedua matanya tak mampu ku berucap aku hanya mengatakan.  
“Ucapkan satu kata untuk ku sebelum aku benar-benar pergi” lalu dengan suara lembutnya dan genggamannya dia berkata.          
“Aku sangat dan sangat mencintai mu, jangan pernah lupakan aku, jangan pernah hapus aku dari hati mu. Maafkan aku.”   


Aku tersenyum manis menghapus sedihnya dan penyesalannya. Kata-kata yang selama ini aku tunggu ahirnya terucap, namun semua terlambat sudah. Aku hanya dapat berkata dalam hati “ya Tuhan terima kasih ini hadiah terakhir yang ku dapat, hadiah termanis dalam hidupku aku takkan pernah melupakannya dan aku takkan pernah bisa karena aku mencintainya”.
***


No comments:
Write comments